Jumat, 22 November 2013

Galau PascaWedd

Bismillah....
      Lama tak mengunjungi laman ini,, jadi kangen juga, sudah sekian banyak yang ingin saya tuliskan tapi terkadang rasa malas nulis datang juga.
Dan akhirnya kesempatan dan kemauan datang bersamaan yang membuat jemari saya ingin menuliskan sedikit pengalaman yang saya alami selama pasca wedding.

      Tak terasa sudah hampir setengah tahun saya menjalani pahit manisnya berumah tangga. Teringat pada tanggal 6 Juni tahun ini, pukul 11.00, hari sabtu, Dia mengucapkan ijab kabul di hadapan ayah saya,pak imam dan disaksikan kepala desa dan para tamu. Sementara saya berada dalam kamar, dengan perasaan dag dig dug,, rasanya lebih gugup dari ujian meja. Dia mengucapkan ijab kabul sebanyak 3X, kata orang-orang di kampung saya, rasa tidak sreg kalau hanya diucapkan sekali, untuk itu dengan sengaja dibuat tersendat-sendat selama 2X, dan yang ketiga kalinya Alhamdulillah diucapkan dengan mulus dengan suara lantang, dan perasaanku pun plong, plong :D
ijab kabul (8/6/13)


      Tapi tahukah ijab kabul dengan kata "saya terima nikahnya,, bla,,bla,,bla. dan bla,,bla.." itu hanya
ungkapan tersurat. Menurut (Hanafi Hdy), Yang tersirat ialah : Artinya: ”Maka aku tanggung dosa-dosanya si dia (perempuan yang ia jadikan istri) dari ayah dan ibunya. Dosa apa saja yang telah dia lakukan. Dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat. Semua yang berhubungan dengan si dia (perempuan yang ia jadikan istri), aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yang menanggung. Serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku”. Aku juga sadar, sekiranya aku gagal dan aku lepas tangan dalam menunaikan tanggung jawab, maka aku fasik, suami yang dayus dan aku tahu bahwa nerakalah tempatku kerana akhirnya isteri dan anak-anakku yg akan menarik aku masuk kedalam Neraka Jahanam.. dan Malaikat Malik akan melibas aku hingga pecah hancur badanku (H.R.Muslim). Dan juga saat Ijab terucap, Arsy-Nya berguncang karena beratnya perjanjian yang dibuat olehnya di depan ALLAH, dengan disaksikan para malaikat dan manusia. 

        Semua perbuatan yang kita (istri) perbuat berupa dosa yang menanggung adalah suami, betapa mulianya pengorbanan seorang suami, sehingga kita wajib melalukan apa saja yang diperintahkan oleh dia. Dan ini yang kadang sulit untuk saya lakukan sudah kebiasaan menganggap dia sebagai kekasih yang dianggap sebagai teman yang seenaknya kami memperlakukan keinginan terhadap masing-masing,, Huffttt menjadi seorang istri sangatlah sulit, meladeni suami kita layaknya seorang raja, belajar untuk selalu mengalah, yang selama saya berpacaran kebanyakan dia yang selalu mengalah, sementara dia tahu kalau sifat saya sangat keras kepala dan tidak mau mengalah.

       Pernikahan sungguh membutuhkan jiwa dan fisik yang sangat kuat, berbagai macam bebatuan harus di lalui yang tidak jarang membuat kita luka, terjatuh dan berderai air mata. Kadang saya berpikiran negatif untuk menyerah, saya lakukan?? tidaklah. Kalau permasalahan datang kembali, harus secepatnya berpikiran positif, "bagaimana kehidupan saya kalau saya menyerah?", "apa yang akan dikatakan orang tua saya jika saya menyerah"? padahal nikah sama dia adalah keinginan saya, itu sama saja halnya dengan saya mengorek luka sendiri. "apa yang akan dikatakan orang-orang jika saya menyerah, pacaran sudah lebih dari 7 tahun, kemudian menyerah terhadap pernikahan yang belum genap setahun?", semua itu harus dipikirkan matang-matang. Akan lebih banyak lagi coba'an di masa yang akan datang, dan kami harus bisa menghadapinya, seorang istri harus lebih kuat hati, tahan mental dan lebih sabar.

     Kadang saya juga berpikir, betapa banyak yang saya korbankan untuk pernikahan ini yang paling berat adalah menghadapi keluarga-keluarga yang tidak merestui hubungan kami, menghadapi lirikan-lirikan, mengacuhkan suara-suara sumbang tentang dia, latar belakang keluarganya. dan beberapa pengorbanan lainnya seperti tertundanya pendidikan menuju S2, karir yang tidak jelas karena berpindah-pindah tempat, dan lebih mementingkan keluarganya dibandingkan keluarga saya sendiri,, ugghh,, How pity.. untuk itu saya tidak boleh menyerah, harus kuat, seperti kata suami saya "kamu adalah wanita yang kuat", dan perkataannya itu membuat saya semakin merasa kuat. Ini belum seberapa fit, kamu masih mengurusi satu orang. 
        Kalau lagi sendiri terkadang terlintas dibenak saya, kenapa nasib saya seperti ini, di saat teman-teman saya sedang berjuang dalam karir dan pendidikan sementara saya harus menderita dengan menghabiskan hari-hari saya mengurus "orang lain" dengan bangun pagi-pagi mengurus perlengkapan kantornya, memasak, mencucikan bajunya dan meladeni semua yang diinginkannya. dan semua itu masih ringan, karena saya belum mendapatkan "hasil" dari "orang lain" itu, tidak terbayang jika hari-hariku dipenuhi kesibukan dengan mengurus 2 "orang" atau mungkin akan lebih. Sejujurnya saya memang belum siap untuk menjalani biduk rumah tangga, hanya karena saya sudah bosan mendengar ajakan dari 'orang lain' itu karena takut nanti saya akan dijodohkan, jadi saya terima saja, lagian ini adalah jalan yang terbaik ketika nasib saya sudah di ujung tanduk karena banyaknya calon yang mengusulkan yang tak satupun aku kenal. daripada saya harus menanggung penyesalan seumur hidup dengan menghabiskan sisa umurku bersama salah satu dari mereka, lebih baik saya menikah dengan kekasih yang aku cinta. Lagi pula kalau niat baik jangan ditunda-tunda kata pepatah.
         Balik lagi, semua ini sudah garis Tuhan, Dia yang membukakan jalan, sehingga saya harus melewatinya dengan baik. Untuk apa Allah membuat saya menikah dengannya jika saya tak dapat menghadapinya? Bukankah Allah tidak akan menguji diluar kemampuan kita? Jika Allah membukakan jalan, pasti saya bisa menghadapinya, pasti Allah akan memberikan hikmah dibalik semua permasalahan yang saya hadapi. So, KEEP FIGHTING Fithri,,, !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar